Sabtu, 24 September 2011

Cara Menjadi Mahasiswa Yang Baik


Banyak hal yang dibutuhkan untuk bisa hidup di dunia ini. itu mungkin yang bisa saya ungkapkan bila kita menilik kehidupan kita sehari-hari. pada zaman prasejarah manusia cukup/hanya membutuhkan sesuatu yang sangat sederhana untuk bertahan hidup, manusia pada zaman itu mungkin hanya membutuhkan sepasang batu, 1 batang tombak dan 1 buah gua yang digunakan untuk berteduh. akan tetapi dengan perkembangan peradaban  dan perkembangan kebutuhan manusia, manusia dituntut untuk lebih memiliki sesuatu yang spesial. berbagai kemampuan dituntut untuk dimiliki berbagai keterampilan diinginkan dan berbagai cara pun dilakukan untuk mencapai tujuan. 
apabila kita ambil contoh pada kehidupan seorang mahasiswa/i yang sedang menjalani kuliah sebenernya banyak hal yang terjadi dan berbagai macam bentuk kehidupan  tercipta disini. ada mahasiswa yang selalu mengejar kemampuan akademis dan meninggalkan yang lainnya ada juga mahasiswa yang mengejar kemampuan dibidang organisasi dan ingin menjadi seorang politikus yang handal, ada juga yang mengejar kemampuan dibidang softskill dan lain-lain.
 semua itu tergantung dari setiap mahasiswa dan semua itu merupakan pilihan dari setiap individu. dan dari setiap orang yang telah memilih pilihannya tersebut tidak semuanya mencapai kesuksesan yang sama. saya sendiri menyadari bahwa menjadi seorang mahasiswa yang "baik" itu tidak gampang. baik disini berarti bahwa : mahasiswa itu memiliki kemampuan akademis yang bagus (bila ditinjau dari IPK-nya), memiliki kemampuan untuk memimpin dan dipimpin sekaligus kemampuan untuk bekerja sama dalam sebuah organisasi ataupun kepanitiaan, baik dalam kemampuan hard skill, baik dalam hal kesehatan jasmani dan rohani, dan juga baik dalam hal pergaulan.
seorang mahasiswa tidak hanya cukup dengan kemampuan akademisnya, tidak hanya cukup dengan kemampuan organisasinya, dan tidak hanya cukup dengan kebugaran badannya. semua hal tersebutlah yang menurut pendapat saya musti dicari dalam lingkungan kehidupan mahasiswa sebagai modal dasar kehidupan yang sesungguhnya.
untuk mendapatkan semua kemampuan diatas tentu saja tidak mudah, karena kita akan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang pelik yang harus diselesaikan. dan modal modal dasar untuk mencapai semua itu menurut saya adalah komitmen dan konsistensi  karena dengan komitmen dan konsistensi akan terlihat kerja keras kita.
 sebagai contoh bila kita telah menetapkan target IP disemester ini adalah 3.5 maka kita harus komitmen untuk mewujudkannya dan kita harus secara konsisten menjaga komitmen tersebut. saya sendiri sudah pernah mengalami mimpi buruk karena meninggalkan komitmen saya dan melupakan konsistensi yang saya butuhkan. tanpa komitmen kita akan melupakan segala sesuatu yang telah kita rencanakan dan tanpa konsistensi rencana yang telah kita susun dengan rapi tidak akan berjalan dengan benar dan tentu saja hasil yang kita ingin capai tidak akan terwujud.

KEINDAHAN PANORAMA BOGOR TIMUR


NAMA: Sofyanda firdaus
kelas: 2KA08
B
ogor merupakan surganya air terjun. Selain sebagai kota hujan, mungkin itulah julukan yang tepat untuk kota Bogor,. Karena hampir disetiap kecamatan yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cianjur dan Sukabumi, pasti mempunyai wisata air terjun. Seperti halnya daerah Leuwiliang Bogor dengan wanawisata air terjun Curug Nangka-nya, di desa Wargajaya, kecamatan Sukamakmur yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cianjur juga mempunyai wisata air terjun yang tak kalah indah, yaitu Curug Ciherang.
Liburan akhir pekanku kali ini, lumayan bisa dikatakan istimewa dan menarik. Mengapa bisa demikian? Tepat sekali, selain tujuan wisatanya yang menantang, liburan kali ini juga aku habiskan bersama rekan-rekan seprofesiku. Dua belas personil dan enam buah motor, mengiringi perjalanan kami. Tepat pukul setengah tiga sore setelah pulang dari kantor, semua personil telah siap dan berkumpul di depan Rumah Sakit Bina Husada Cibinong. Karena perjalanan yang lumayan jauh dan medan yang belum pernah kami lalui sebelumnya, kami memutuskan untuk breafing sejenak, merumuskan apasajakah yang perlu diketahui dan dimengerti oleh semua personil. Mas Maryanta selaku orang yang dituakan di sini mengambil inisiatif untuk berdoa terlebih dahulu, sebelum berangkat ke lokasi. Ikhsan yang memang wajahnya mirip ustadz Jefry Al Buchory dipercaya memimpin doa.
Setelah selesai berdoa dan semua personil telah siap, akhirnya kamipun berangkat. Dengan wajah penuh keceriaan, kami memacu sepeda motor dengan kencang. Okta, salah satu teman kami yang memang baru sekali itu melewati rute Citeureup-Tajur, sempat mengalami insiden ”nyasar”. Jalan yang seharusnya tidak kami lewati, malah dia terobos, Alhasil jalur one way tak dapat lagi digunakan, dan memaksanya untuk memutar balik melewati jalur yang lebih jauh lagi. Namun, setelah menunggu beberapa saat dan berhasil dihubungi via telepon akhirnya dia muncul juga dengan wajah cemberut, entah takut karena ditinggal, atau takut dimarahi teman-teman, yang jelas dapat digambarkan di sini, bahwa wajahnya sangat-sangatlah lusuh, bagaikan kain sarung yang tak pernah merasakan hangatnya setrika.
Perjalananpun kami mulai kembali, kali ini medan yang kami tempuh sangat unik, mulai dari tanjakan, turunan, tikungan, sampai dengan belokan lengkap ada di sini. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa indah, mulai dari perbukitan, dan pepohonan, juga landscapekota Bogor yang terlihat samar-samar dari kejauhan. Deretan perbukitan yang terlihat menghijau, dan suasana alam pedesaan semakin menambah semangat kami untuk lebih cepat memacu ”si kuda besi” supaya sampai ke tempat tujuan. Namun, keinginan untuk itu agaknya sedikit terhambat, lagi-lagi Okta yang memang sedari tadi berada dirombongan, tak terlihat lagi, jauh tertinggal di belakang, Setelah menunggu beberapa saat inisiatifpun muncul, Okta yang saat itu di depan mengendarai motor, segera aku gantikan, karena tidaklah mungkin seorang wanita kuat mengendarai sepeda motor sejauh itu dengan medan yang berat, sedangkan Chocom yang waktu itu dibonceng Okta juga segera beralih sopir ke Ustadz Ichsan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam sampailah kami di sebuah perkampungan Pinus (begitu warga setempat menyebutnya), sebuah perkampungan yang dikelilingi berhektar-hektar pepohonan pinus dengan kandungan udara yang bebas dari polusi. suhu di sana juga lumayan cukup dingin, terasa menembus hingga ke tulang, padahal waktu itu jam masih menunjukkan pukul empat sore, namun dingin yang dirasakan sudah luar biasa hebat.
Ketika sampai di depan pintu masuk Curug Ciherang, yang termasuk dalam kawasan hutan lindung Kecamatan Sukamakmur, terdapat plang sederhana terbuat dari kayu bertuliskan “Curug Ciherang”. Nah, di sanalah terdapat jalan berbatu sepanjang 300 meter dari pintu masuk. Untuk bisa sampai ke lokasi air terjun Curug Ciherang, para wisatawan harus melewati jalan desa kira-kira selebar 1,5 meter. Cukup dengan Rp.5000,-/motor saja, pengunjung bisa langsung masuk dan menikmati keindahan air terjun Curug Ciherang. Namun kenyamanan itu agaknya sedikit terusik oleh ulah warga setempat yang melakukan praktek pungli, begitu juga oleh para oknum dari dinas Perhutani yang memang saat itu sedang bertugas di area tersebut. Setelah dimintai uang retribusi oleh para warga, untuk yang kedua kalinya, kamipun dimintai uang retribusi lagi dengan jumlah yang sama oleh anggota dari Dinas Perhutani. Alih alih sebagai uang retribusi masuk, dengan sikap kurang sopan, mereka mulai meminta uang kepada kami satu persatu. Karena merasa dipermainkan, dan dirasa kurang adil, akhirnya salah satu dari personil kami mulai angkat bicara. Perdebatan sengit antara kami dan pihak Dinas Perhutanipun tak terelakkan. Memang sangat disayangkan, mengapa di tempat wisata semacam ini masih ada saja praktek ilegal sejenis pungli. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya salah satu anggota dari pihak Dinas Perhutani merasa terpojok dan mengaku kalah, dan memang seharusnya mereka mengalah. Kamipun dipersilahkan melanjutkan perjalanan, Tiga anggota dari Dinas Perhutanipun tertunduk malu seraya pergi meninggalkan kami menuju pos mereka di sisi jalan. Semoga saja kejadian semacam ini tidak terulang dikemudian hari.
Setelah puas telah berhasil ”mencundangi” ke-3 anggota Dinas Perhutani, kami meneruskan perjalanan menuju lokasi air terjun yang memang sudah dekat. Di kanan kiri jalan, kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa, sehingga para personil yang ikut waktu itu, mulai asyik menekuni profesi baru mereka, yaitu menjadi fotografer dadakan. Momen- momen indahpun berhasil kami abadikan, termasuk foto yang satu ini…
Tiga jam telah berlalu, dari mulai perjalanan menuju lokasi hingga perdebatan sengit melawan anggota Dinas Perhutani, membuat perut kami terasa keroncongan, sepertinya makan dan istirahat sejenak merupakan pilihan yang tepat waktu itu. Setelah memarkirkan motor di tempat yang dirasa aman, kami bergegas mencari tempat untuk beristirahat, beruntunglah ada sebuah bangunan semi permanen milik warga yang sudah tidak terpakai diantara deretan bangunan yang lain, walaupun terlihat kotor dan berdebu tapi lumayan masih bisa untuk tempat istirahat. Canda dan tawa mengiringi kami menghabiskan perbekalan seadanya, yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Karena hari sudah mulai gelap, setelah mengisi perut dengan lauk seadanya kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi air terjun, Benar-benar sungguh luar biasa ciptaan Tuhan yang satu ini, sebuah cekungan sempit tepat diantara dua bukit, di sanalah terdapat sebuah karya agung Yang Maha Kuasa, Air yang melimpah diterjunkan langsung dari ketinggian 30 meter, bergalon galon air ditumpahkan tiap detiknya, sungguh luar biasa