Kamis, 10 November 2011

pantai jogja yang bersih nan indah.

Daerah Istimewa Yogyakarta yang lebih familiar disebut dengan Jogja adalah kota wisata yang menjadi surga bagi para wisatawan mancanegara di pulau Jawa. Jogja memiliki 4 kabupaten (sleman, gunung kidul, bantul, kulonprogao) dan 1 kotamadya. Selain Borobudur, Malioboro, Kraton, Kerajinan Tangan sebagai objek wisata yang terkenal di dunia, jogja memiliki banyak keunikan tempat wisata yang lain.

Salah satunya Jogja memiliki daya tarik wisata pantai yang sangat indah. Agak berbeda dengan pantai yang ada di Bali. Kalau di Bali banyak pantai yang telah dibangun hotel di sepanjang pantai dan banyak diminati karena surfingnya, maka Jogja memberikan keunikan tersendiri bagi para pengunjungnya.

Para wisatawan akan terkesima dengan keindahan dan alamiahnya pantai di Jogja. Terutama di daerah Gunungkidul yang menyajikan wisata pantai indah dan alami. Banyak sekali pantai di daerah ini baik pantai dengan pasir abu-abu maupun pantai pasir putihnya. Seperti halnya dengan pantai Baron, Krakal, Kukup, Drini, Sundak, Triti dan lain sebagainya… Banyak sekali pantai-pantai alami yang sangat pantas untuk menjadi inspirasi wisata di Jogja. Ini menjadi salah satu keunggulan wisata di Jogja.

Pantai Krakal adalah pantai dengan pasir putih dan sajian aneka ikan hias. Pantai ini terletak di Kampung Krakal Kelurahan Ngestirejo Kecamatan Tanjung Sari Kabupaten Gunung Kidul. Pantai ini jika ditempuh dari adalah sekitar 60km dari pusat kota Jogja atau 37 kilometer arah selatan dari pusat kota Kabupaten Gunungkidul.

Pantai krakal menampilkan pantai dengan tebing-tebing alami dan berbagai ikan hias yang biasa dijual oleh para pedagang di daerah pantai itu sebagai salah satu daya tarik pantai Krakal.

Tidak jauh dari pantai ini, anda juga bisa mengunjungi berbagai pantai lain dengan berbagai keunikan yang berbeda antara satu pantai dengan pantai yang lain. Bahkan ada juga pemandian air panasnya.

Nah bagi anda yang tertarik dengan keindahan dan alamiahnya pantai ini, anda dapat langsung mengunjungi tempat wisata ini. Yang jelas, jangan lupa bawa ganti baju celana dan kamera untuk mengabadikan momen-momen penting agar bisa selalu terkenang saat di pantai hehehehhe... :)

liburan di jogja (ketep pass)

Saat itu, semilir angin surga nan sejuk berhembus pelan. Sejauh mata memandang, terlihat hamparan tanah-tanah pertanian berbentuk terasiring. Lima gunung besar di Jawa Tengah terlihat jelas di di Pelataran Panca Arga, tempatku berdiri. Gunung itu: gunung Merapi, Merbabu, Sindoro, Sumbing, dan Slamet. Selain itu, tampak pula gunung-gunung kecil seperti Telomoyo, Andong, Dataran Tinggi Dieng, serta perbukitan Menoreh. Dari satu tempat, kita dapat melihat banyak pemandangan gunung yang eksotis. Pemandangan yang jarang kutemui.

Dari Pelataran Panca Arga, saya menuju Gardu Pandang. Dari situ, aku dapat melihat gunung-gunung menggunakan teropong yang telah tersedia. Dengan biaya Rp 3.000, kita dapat menggunakan teropong selama 3,5 menit.
  Kemudian, saya menuruni tangga menuju Volcano Center. Di situ ada museum kegunungapian. Dengan membayar Rp. 3000, kita dapat memasuki museum.

Kita dapat melihat informasi umum geologi dan gejala vulkanik. Disan,pengunjung juga dapat berfoto di depan foto Puncak Garuda. Foto itu merupakan foto eksklusif. Pengunjung dapat berfoto di situ, sehingga kita tampak benar-benar berfoto di Puncak Garuda.

Selain foto itu, ada pula foto-foto lainnya yang berkaitan dengan kegunungapian. Tak hanya foto, museum pun menyajikan miniatur gunung Merapi dan batu-batu unik yang berasal dari gunung api.

Lelah mengelilingi museum, saya berjalan menaiki tangga ke tempat semula. Saya memutuskan duduk beristirahat di Gazebo. Mata saya tertuju pada pemandangan biru-biru yang berbanjar rapi di bawah tempat saya duduk.

Setelah saya amati, ternyata tenda-tenda biru itu warung makan yang cukup sederhana. Banyak menu yang ditawarkan. Ada mie ayam, bakso, soto dan aneka minuman, seperti soft drink, air mineral, sampai minuman sachet.

Harganya pun terjangkau. Mie ayam, Rp 3.000, bakso, Rp 3.500, dan soto Rp. 3.000. Saya membeli semangkuk mie ayam dan segelas teh hangat yang harganya Rp 1.000.

"Dingin-dingin begini, enaknya makan yang hangat-hangat," kata saya pada teman saya. Dari tempat saya makan, saya dapat melihat kebun sawi yang ada di lereng gunung dengan jelas.

Saya terheran-heran ketika pemilik warung memetik sawi lalu memasaknya, dan menyajikannya bersama mie ayam saya. "Wow, langsung dari kebunnya," ungkap saya keheranan.
  Setelah kenyang, saya memutuskan berjalan naik, namun dari arah barat, tidak timur seperti mulanya saya turun. Lelah menaiki tangga, akhirnya sampai juga di pelataran Ketep Pass. Saya duduk di terasnya dan berfoto-foto.

Berjalan tiga langkah dari tempat saya duduk, ada semacam resepsionis. Saya bertanya, di depan itu tempat apa. Ternyata itu Volcano Theatre. Dalam Volcano Theatre, kita dapat melihat film bertajuk Nafas Gunung Merapi berdurasi 22 menit.

Film itu menceritakan awal terjadinya pendakian, penelitian di Puncak Garuda, dan terjadinya letusan dahsyat gunung Merapi. Karena hari Minggu, saya harus mengeluarkan uang Rp 5.000 untuk menonton film tersebut, yang biasanya Rp 4.000 di hari biasa.

Setelah penat melakukan berbagai aktivitas melelahkan di kota selama enam hari penuh, saya merasa senang dan kembali bugar dengan berwisata ke Ketep Pass yang berada di kota Magelang tersebut. Ketep Pass yang merupakan wisata kegunungapian ini, tidak hanya menyajikan suasana yang rekreatif, namun juga edukatif.

Ketep Pass berada 17 Km dari Desa Blabak ke arah timur. Untuk mencapai obyek wisata yang diresmikan Presiden RI Megawati pada 17 Oktober 2002 ini, kita dapat menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum. Jika menggunakan angkutan umum, kita cukup naik bus ke Magelang, lalu turun di Blabak.
  Dari Blabak, kita dapat naik bus Purba Putra sampai pertigaan Sawangan. Dari situ, kita dapat naik angkutan kecil yang berwana pink merah sampai lokasi.

Meski saya harus menempuh perjalanan jauh dari Yogyakarta, namun tidak menjadikan saya lelah. Pemandangan di kanan kiri jalan menuju tempat itu sangat indah. Udara sejuk, semilir angin sepoi-sepoi, langit biru, awan putih, sawah-sawah membentang luas, dan petani-petani yang rukun, menambah eloknya pemandangan.

Setelah puas menikmati keindahan Ketep Pass, saya beranjak pulang. Sebelum pulang, saya menyempatkan diri melihat-lihat pasar yang ada di seberang jalan. Ada aneka jajanan dan sayur-sayuran yang hijau nan segar di sana. Saya memutuskan membeli jagung bakar yang harganya Rp 1.500. Jagung bakar itu langsung saya makan. Ehmm...gurih, manis, dan pedas.

Sabtu, 15 Oktober 2011

KONFLIK


Sedikitnya selama tiga dasawarsa, kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di akhir tahun 1990-an di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-Bangsa, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok. Konteks global setelah tragedi September 11 dan invasi Amerika Serikat ke Irak serta hiruk pikuk politis identitas di dalam era reformasi menambah kompleknya persoalan keragaman dan antar kelompok di Indonesia dan Sejarah menunjukkan, pemaknaan secara negatif atas keragaman telah melahirkan penderitaan panjang umat manusia pada saat ini, paling tidak telah terjadi 35 pertikaian besar antar etnis di dunia. Lebih dari 38 juta jiwa terusir dari tempat yang mereka diami, paling sedikit 7 juta orang terbunuh dalam konflik etnis berdarah. Pertikaian seperti ini terjadi dari Barat sampai Timur, dari Utara hingga Selatan. Dunia menyaksikan darah mengalir dari Yugoslavia, Cekoslakia, Zaire hingga Rwanda, dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Srilangka, India hingga Indonesia. Konflik panjang tersebut melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama karena itu merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat "multikultural" tetapi pada pihak lain, realitas "multikultural" tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi kembali "kebudayaan nasional Indonesia" yang dapat menjadi "integrating force" yang mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya tersebut karena perbedaan budaya merupakan sebuah konduksi dalam hubungan interpersonal sebagai contoh ada yang orang yang bila diajak bicara (pendengar) dalam mengungkapkan perhatiannya cukup dengan mengangguk-anggukan kepala sambil berkata "uh. huh" namun dalam kelompok lain untuk menyatakan persetujuan cukup dengan mengedipkan kedua matanya dalam beberapa budaya, individu-individu yang berstatus tinggi biasanya yang memprakarsai, sementara individu yang statusnya rendah hanya menerima saja sementra dalam budaya lain justru sebaliknya sebab beberapa psikolog menyatakan bahwa budaya menunjukkan tingkat intelegensi masyarakat. Sebagai contoh, gerakan lemah gemulai merupakan ciri utama masyarakat bali Oleh karena kemampuannya untuk menguasai hal itu merupakan ciri dari tingkat intelligensinya sementara manipulasi dan rekayasa kata dan angka menjadi penting dalam masyarakat barat  oleh karenanya "keahlian" yang dimiliki seseorang itu menunjukkan kepada kemampuan intelligensinya.





Conclusion / opinion
I think the conflict is common in an individual, group, or organization. Because eachperson or group has a different opinion. Therefore, the conflict must be faced with a cool head in the conflict used to be a problem in an individual, group, or organization.
As examples of the American invasion of Iraq caused by the prolonged conflict and did not find the middle point or a way out so that it raises the battle between the two countries.
And if between the two countries meet each other and talk about it with a head cold warbetween Iraq and America will never happen.
although it is difficult to solve conflicts in a state of calm as a head cold or emotion in every human being is different levels.
Therefore we should be biased to be more mature and learn to accept the opinions of others and set aside our own ego, so konfilk easily resolved and does not become aproblem in inter-individual, group or organization.
And conflicts easily found everywhere because the conflict is usually a source of trouble in some way in this life.
no denying that the conflict was a divisive one group or individual.
Because of that we should really could solve the problem in a conflict in society, group,organization, or inter-state conflict.
so that no more divisions in the group, individual, and in the organization

.

Selasa, 11 Oktober 2011

kemacetan dijakarta

Sejarah transportasi kota Jakarta bermula dari sebuah pelabuhan yang bernama Sunda Kelapa. Pelabuhan ini merupakan pelabuhan dari kerajaan Pajajaran. Sebelumnya merupakan milik kerajaan Tarumanegara yang dipakai untuk transportasi barang-barang dagangan dengan pedagang-pedagang dari India dan Cina. Sejak dulu Sunda Kelapa merupakan pelabuhan yang cukup strategis dan ramai. Maka tidak heran sejak dulu arus transportasi sudah sedemikian padat di pelabuhan ini.
Sekitar tahun 1859, Sunda Kalapa sudah tidak seramai masa-masa sebelumnya. Akibat pendangkalan, kapal-kapal tidak lagi dapat bersandar di dekat pelabuhan sehingga barang-barang dari tengah laut harus diangkut dengan perahu-perahu. Oleh karena itu dibangunlah pelabuhan baru di daerah Tanjung Priok sekitar 15 km kearah timur dari pelabuhan Sunda Kalapa. Untuk memperlancar arus barang maka dibangun juga jalan kereta api pertama (1873) antara Batavia – Buitenzorg (Bogor). Empat tahun sebelumnya muncul trem berkuda yang ditarik empat ekor kuda, yang diberi besi di bagian mulutnya. Dari sejarah diatas bisa diambil kesimpulan bahwa sejak dulu kota Jakarta merupakan kota dengan arus perpindahan barang maupun orang yang cukup padat. Infrastruktur dasar perkotaannya pun merupakan infrastrukur transportasi seperti pelabuhan dan jalur kereta api.
Perkembangan tranportasi kota Jakarta pun memasuki babak baru ketika daerah-daerah pemukiman muncul didaerah sekitar pelabuhan. Mulailah muncul jalan-jalan penghubung di daerah sekitar pelabuhan. Hingga zaman sebelum kemerdekaan, Jakarta sudah berubah menjadi sebuah kota yang modern yang kala itu bernama Batavia. Pada saat itu, tahun 1943 sebelum Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya, ada angkutan massal yang disebut Zidosha Sokyoku (ZS). Jangan membayangkan bentuk kendaraan yang bermesin, angkutan tersebut berupa sebuah gerobak yang ditarik seekor sapi, bahkan ketika keadaan serba sulit karena peran sapi penariknya justru disembelih untuk dimakan. Selain itu sejak tahun 1910, Jakarta sudah mempunyai jaringan trem. Trem adalah kereta dalam kota yang digerakkan oleh mesin uap. Trem merupakan angkutan massal pertama yang ada di Jakarta. Ketika itu jaringan trem di Jakarta sudah melayani arus perpindahan dari pelabuhan hingga Kampung Melayu. Sampai saat ini peninggalan jejak trem di Jakarta masih bisa kita lihat diantaranya di Museum Fatahillah serta di Jembatan bekas trem yang melintas sungai Ciliwung di daerah Raden Saleh atau Dipo trem yang sekarang ditempati PPD sebagai dipo di daerah Salemba. Dapat disimpulkan ketika itu transportasi massal menjadi pilihan utama masyarakat untuk berpergian di dalam kota.
Kebijakan mulai beralih kepada penggunaan kendaraan pribadi sejak taun 1960-an ketika presiden Sukarno memerintahkan penghapusan trem dari Jakarta dengan alasan bahwa trem sudah tidak cocok lagi untuk kota sebesar Jakarta. Sayangnya ketika trem dihapus, sebelumnya tidak diimbangi dengan jumlah bus. Ketika itu politik kita yang ‘progresif revolusioner’ berpihak ke Blok Timur yang sedang berkonfrontasi dengan Blok Barat yang dijuluki Nekolim (neokolonialisme, kolonialisme, dan imperialisme). Tidak heran bus-bus yang beroperasi di Jakarta berasal dari Eropa Timur, seperti merek Robur dan Ikarus. Akan tetapi, karena jumlahnya tidak banyak, opletlah yang mendominasi angkutan di Jakarta. Sampai-sampai beroperasi ke jalan-jalan protokol, di samping becak untuk jarak dekat. Waktu itu oplet (dari kata autolet) bodinya terbuat dari kayu yang dirakit di dalam negeri. Sedangkan mesinya dari mobil tahun 1940-an dan 1950-an, seperti merek Austin dan Moris Minor (Inggris) serta Fiat (Italia). Di Jakarta juga disebut ostin, mengacu nama Austin, yang sisa-sisanya kini dapat dihitung dengan jari.
Kemudian pada tahun 1970an terjadi peningkatan jumlah kendaraaan secara signifikan di Jakarta. Terjadilah revolusi transportasi yang melanda Jakarta. Masyarakat berlomba-lomba untuk memiliki kendaraaan pribadi. Seakan-akan belum menjadi orang kaya jika belum mempunyai mobil pribadi. Ditunjang oleh sistem pengkreditan yang luar biasa mudah, membuat masyarakat berlomba-lomba memiliki mobil pribadi. Pemerintah pun seakan mendukung program ‘pembelian kendaraan pribadi’ ini. Jalan-jalan utama diperlebar, jalur-jalur ditambah, dan kebijakan-kebijakan lain yang semakin memanjakan penggunaan mobil pribadi. Akumulasi akibat dari kebijakan ini adalah keadaan Jakarta seperti sekarang. Dimana kapasitas jalan sudah tidak mampu lagi menampung arus kendaraan yang melintas diatasnya sementara pertumbuhan pemilikan kendaraan tetap saja tinggi.
Kota Jakarta secara historis telah mendapatkan warisan infrastruktur angkutan umum masal dari pemerintah kolonial Belanda. Sejak zaman kolonial hingga sekitar 1960, tramway menjadi sarana angkutan umum yang nyaman dan cepat serta penopang pergerakan orang di Kota Jakarta. Namun, lambat laun moda angkutan tersebut hilang dari tanah Jakarta. Dari situ, tampak kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi di Kota Jakarta telah bergeser. Andai orientasi pengembangan tetap dalam koridor angkutan umum masal, tentu saja pengoperasian tramway tidak dihapus begitu saja. Infrastruktur tramway itu kemudian diganti dengan pembangunan dan pengembangan jaringan jalan yang masif.
Pada akhirnya, pengembangan jaringan jalan di Jakarta terhambat dan saat ini rasio luas wilayah atau panjang jalan di Jakarta hanya 3-4 persen. Rasio tersebut jauh dari kondisi ideal, yaitu 10-15 persen (Pola Transportasi Makro Jakarta, 2004). Sedangkan pertumbuhan kendaraan pribadi naik setiap tahun dengan kisaran 10 persen. Ketidakseimbangan itu menjadi salah satu faktor penyebab kemacetan parah di Jakarta.

lingkungan hidup

LINGKUNGAN HIDUP


Konferensi lingkungan hidup itu dikenal sebagai konferensi Stockholm dan tanggal pembukaan konferensi yaitu tanggal 5 Juni disepakati sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia. Tema dalam Konferensi Stockholm yang berlangsung pada tanggal 5-16 Juni 1972 itu adalah “The Only One Earth” yang dalam bahasa Indonesia diartikan “Hanya Satu Bumi”.
Demi perhatian terhadap kondisi lingkungan hidup, konferensi Stockholm menyetujui dibentuknya sebuah badan urusan PBB yang bertugas mengurus permasalahan lingkungan, yaitu United Nation Environmental Programe (UNEP) yang bermarkas di Nairobi, Kenya.
Selama ini kita mengenal dan menyebut istilah “lingkungan hidup” sebagai “lingkungan” saja yang maksudnya adalah lingkungan hidup bagi manusia. Pengertian lingkungan hidup antara lain sebagai berikut :
1. St. Munajat Danusaputra : Lingkungan adalah semua benda dan kondisi termasuk di dalamnya manusia dan aktivitasnya, yang terdapat dalam ruang di mana manusia berada dan mempengaruhi kelangsungan hidup serta kesejahteraan manusia dan jasad hidup lainnya. (Darsono, 1995)
2. Otto Soemarwoto : Lingkungan hidup adalah jumlah semua benda dan kondisi yang ada dalam ruang yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia.
3. Emil Salim : Lingkungan hidup adalah segala benda, kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruangan yang kita tempati dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia
4. Pasal 1 UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup : Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk manusia, dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan peri kehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahkluk hidup lain.

Komponen-komponen lingkungan hidup tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu komponen biotik dan komponen abiotik. Komponen biotik adalah makhluk hidup yang meliputi hewan, tumbuhan dan manusia. Komponen abiotik adalah benda-benda tak hidup (mati) antara lain air, tanah, batu, udara dan cahaya matahari.
Semua komponen yang berada di dalam lingkungan hidup merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dan membentuk sistem kehidupan yang disebut ekosistem.
Antara komunitas dan lingkungannya selalu terjadi interaksi. Interaksi ini menciptakan kesatuan ekologi yang disebut ekosistem. Ekosistem merupakan suatu kesatuan fungsional antara komponen biotik dan komponen abiotik. Ekosistem merupakan suatu interaksi yang komplek dan memiliki penyusunan yang beragam.
Ilmu yang mempelajari tentang lingkungan hidup adalah Ekologi. Istilah ekologi untuk pertama kali diperkenalkan oleh Ernest Haeckel, seorang ahli biologi berkebangsaan Jerman. Istilah ekologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang artinya rumah tangga atau habitat dan logos yang artinya telaah atau ilmu.

Sabtu, 24 September 2011

Cara Menjadi Mahasiswa Yang Baik


Banyak hal yang dibutuhkan untuk bisa hidup di dunia ini. itu mungkin yang bisa saya ungkapkan bila kita menilik kehidupan kita sehari-hari. pada zaman prasejarah manusia cukup/hanya membutuhkan sesuatu yang sangat sederhana untuk bertahan hidup, manusia pada zaman itu mungkin hanya membutuhkan sepasang batu, 1 batang tombak dan 1 buah gua yang digunakan untuk berteduh. akan tetapi dengan perkembangan peradaban  dan perkembangan kebutuhan manusia, manusia dituntut untuk lebih memiliki sesuatu yang spesial. berbagai kemampuan dituntut untuk dimiliki berbagai keterampilan diinginkan dan berbagai cara pun dilakukan untuk mencapai tujuan. 
apabila kita ambil contoh pada kehidupan seorang mahasiswa/i yang sedang menjalani kuliah sebenernya banyak hal yang terjadi dan berbagai macam bentuk kehidupan  tercipta disini. ada mahasiswa yang selalu mengejar kemampuan akademis dan meninggalkan yang lainnya ada juga mahasiswa yang mengejar kemampuan dibidang organisasi dan ingin menjadi seorang politikus yang handal, ada juga yang mengejar kemampuan dibidang softskill dan lain-lain.
 semua itu tergantung dari setiap mahasiswa dan semua itu merupakan pilihan dari setiap individu. dan dari setiap orang yang telah memilih pilihannya tersebut tidak semuanya mencapai kesuksesan yang sama. saya sendiri menyadari bahwa menjadi seorang mahasiswa yang "baik" itu tidak gampang. baik disini berarti bahwa : mahasiswa itu memiliki kemampuan akademis yang bagus (bila ditinjau dari IPK-nya), memiliki kemampuan untuk memimpin dan dipimpin sekaligus kemampuan untuk bekerja sama dalam sebuah organisasi ataupun kepanitiaan, baik dalam kemampuan hard skill, baik dalam hal kesehatan jasmani dan rohani, dan juga baik dalam hal pergaulan.
seorang mahasiswa tidak hanya cukup dengan kemampuan akademisnya, tidak hanya cukup dengan kemampuan organisasinya, dan tidak hanya cukup dengan kebugaran badannya. semua hal tersebutlah yang menurut pendapat saya musti dicari dalam lingkungan kehidupan mahasiswa sebagai modal dasar kehidupan yang sesungguhnya.
untuk mendapatkan semua kemampuan diatas tentu saja tidak mudah, karena kita akan dihadapkan dengan permasalahan-permasalahan yang pelik yang harus diselesaikan. dan modal modal dasar untuk mencapai semua itu menurut saya adalah komitmen dan konsistensi  karena dengan komitmen dan konsistensi akan terlihat kerja keras kita.
 sebagai contoh bila kita telah menetapkan target IP disemester ini adalah 3.5 maka kita harus komitmen untuk mewujudkannya dan kita harus secara konsisten menjaga komitmen tersebut. saya sendiri sudah pernah mengalami mimpi buruk karena meninggalkan komitmen saya dan melupakan konsistensi yang saya butuhkan. tanpa komitmen kita akan melupakan segala sesuatu yang telah kita rencanakan dan tanpa konsistensi rencana yang telah kita susun dengan rapi tidak akan berjalan dengan benar dan tentu saja hasil yang kita ingin capai tidak akan terwujud.

KEINDAHAN PANORAMA BOGOR TIMUR


NAMA: Sofyanda firdaus
kelas: 2KA08
B
ogor merupakan surganya air terjun. Selain sebagai kota hujan, mungkin itulah julukan yang tepat untuk kota Bogor,. Karena hampir disetiap kecamatan yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cianjur dan Sukabumi, pasti mempunyai wisata air terjun. Seperti halnya daerah Leuwiliang Bogor dengan wanawisata air terjun Curug Nangka-nya, di desa Wargajaya, kecamatan Sukamakmur yang berbatasan langsung dengan kabupaten Cianjur juga mempunyai wisata air terjun yang tak kalah indah, yaitu Curug Ciherang.
Liburan akhir pekanku kali ini, lumayan bisa dikatakan istimewa dan menarik. Mengapa bisa demikian? Tepat sekali, selain tujuan wisatanya yang menantang, liburan kali ini juga aku habiskan bersama rekan-rekan seprofesiku. Dua belas personil dan enam buah motor, mengiringi perjalanan kami. Tepat pukul setengah tiga sore setelah pulang dari kantor, semua personil telah siap dan berkumpul di depan Rumah Sakit Bina Husada Cibinong. Karena perjalanan yang lumayan jauh dan medan yang belum pernah kami lalui sebelumnya, kami memutuskan untuk breafing sejenak, merumuskan apasajakah yang perlu diketahui dan dimengerti oleh semua personil. Mas Maryanta selaku orang yang dituakan di sini mengambil inisiatif untuk berdoa terlebih dahulu, sebelum berangkat ke lokasi. Ikhsan yang memang wajahnya mirip ustadz Jefry Al Buchory dipercaya memimpin doa.
Setelah selesai berdoa dan semua personil telah siap, akhirnya kamipun berangkat. Dengan wajah penuh keceriaan, kami memacu sepeda motor dengan kencang. Okta, salah satu teman kami yang memang baru sekali itu melewati rute Citeureup-Tajur, sempat mengalami insiden ”nyasar”. Jalan yang seharusnya tidak kami lewati, malah dia terobos, Alhasil jalur one way tak dapat lagi digunakan, dan memaksanya untuk memutar balik melewati jalur yang lebih jauh lagi. Namun, setelah menunggu beberapa saat dan berhasil dihubungi via telepon akhirnya dia muncul juga dengan wajah cemberut, entah takut karena ditinggal, atau takut dimarahi teman-teman, yang jelas dapat digambarkan di sini, bahwa wajahnya sangat-sangatlah lusuh, bagaikan kain sarung yang tak pernah merasakan hangatnya setrika.
Perjalananpun kami mulai kembali, kali ini medan yang kami tempuh sangat unik, mulai dari tanjakan, turunan, tikungan, sampai dengan belokan lengkap ada di sini. Selama perjalanan, kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa indah, mulai dari perbukitan, dan pepohonan, juga landscapekota Bogor yang terlihat samar-samar dari kejauhan. Deretan perbukitan yang terlihat menghijau, dan suasana alam pedesaan semakin menambah semangat kami untuk lebih cepat memacu ”si kuda besi” supaya sampai ke tempat tujuan. Namun, keinginan untuk itu agaknya sedikit terhambat, lagi-lagi Okta yang memang sedari tadi berada dirombongan, tak terlihat lagi, jauh tertinggal di belakang, Setelah menunggu beberapa saat inisiatifpun muncul, Okta yang saat itu di depan mengendarai motor, segera aku gantikan, karena tidaklah mungkin seorang wanita kuat mengendarai sepeda motor sejauh itu dengan medan yang berat, sedangkan Chocom yang waktu itu dibonceng Okta juga segera beralih sopir ke Ustadz Ichsan. Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 2,5 jam sampailah kami di sebuah perkampungan Pinus (begitu warga setempat menyebutnya), sebuah perkampungan yang dikelilingi berhektar-hektar pepohonan pinus dengan kandungan udara yang bebas dari polusi. suhu di sana juga lumayan cukup dingin, terasa menembus hingga ke tulang, padahal waktu itu jam masih menunjukkan pukul empat sore, namun dingin yang dirasakan sudah luar biasa hebat.
Ketika sampai di depan pintu masuk Curug Ciherang, yang termasuk dalam kawasan hutan lindung Kecamatan Sukamakmur, terdapat plang sederhana terbuat dari kayu bertuliskan “Curug Ciherang”. Nah, di sanalah terdapat jalan berbatu sepanjang 300 meter dari pintu masuk. Untuk bisa sampai ke lokasi air terjun Curug Ciherang, para wisatawan harus melewati jalan desa kira-kira selebar 1,5 meter. Cukup dengan Rp.5000,-/motor saja, pengunjung bisa langsung masuk dan menikmati keindahan air terjun Curug Ciherang. Namun kenyamanan itu agaknya sedikit terusik oleh ulah warga setempat yang melakukan praktek pungli, begitu juga oleh para oknum dari dinas Perhutani yang memang saat itu sedang bertugas di area tersebut. Setelah dimintai uang retribusi oleh para warga, untuk yang kedua kalinya, kamipun dimintai uang retribusi lagi dengan jumlah yang sama oleh anggota dari Dinas Perhutani. Alih alih sebagai uang retribusi masuk, dengan sikap kurang sopan, mereka mulai meminta uang kepada kami satu persatu. Karena merasa dipermainkan, dan dirasa kurang adil, akhirnya salah satu dari personil kami mulai angkat bicara. Perdebatan sengit antara kami dan pihak Dinas Perhutanipun tak terelakkan. Memang sangat disayangkan, mengapa di tempat wisata semacam ini masih ada saja praktek ilegal sejenis pungli. Setelah melalui perdebatan yang cukup panjang, akhirnya salah satu anggota dari pihak Dinas Perhutani merasa terpojok dan mengaku kalah, dan memang seharusnya mereka mengalah. Kamipun dipersilahkan melanjutkan perjalanan, Tiga anggota dari Dinas Perhutanipun tertunduk malu seraya pergi meninggalkan kami menuju pos mereka di sisi jalan. Semoga saja kejadian semacam ini tidak terulang dikemudian hari.
Setelah puas telah berhasil ”mencundangi” ke-3 anggota Dinas Perhutani, kami meneruskan perjalanan menuju lokasi air terjun yang memang sudah dekat. Di kanan kiri jalan, kami disuguhi pemandangan alam yang luar biasa, sehingga para personil yang ikut waktu itu, mulai asyik menekuni profesi baru mereka, yaitu menjadi fotografer dadakan. Momen- momen indahpun berhasil kami abadikan, termasuk foto yang satu ini…
Tiga jam telah berlalu, dari mulai perjalanan menuju lokasi hingga perdebatan sengit melawan anggota Dinas Perhutani, membuat perut kami terasa keroncongan, sepertinya makan dan istirahat sejenak merupakan pilihan yang tepat waktu itu. Setelah memarkirkan motor di tempat yang dirasa aman, kami bergegas mencari tempat untuk beristirahat, beruntunglah ada sebuah bangunan semi permanen milik warga yang sudah tidak terpakai diantara deretan bangunan yang lain, walaupun terlihat kotor dan berdebu tapi lumayan masih bisa untuk tempat istirahat. Canda dan tawa mengiringi kami menghabiskan perbekalan seadanya, yang memang sudah dipersiapkan sebelumnya.
Karena hari sudah mulai gelap, setelah mengisi perut dengan lauk seadanya kami memutuskan untuk meneruskan perjalanan menuju lokasi air terjun, Benar-benar sungguh luar biasa ciptaan Tuhan yang satu ini, sebuah cekungan sempit tepat diantara dua bukit, di sanalah terdapat sebuah karya agung Yang Maha Kuasa, Air yang melimpah diterjunkan langsung dari ketinggian 30 meter, bergalon galon air ditumpahkan tiap detiknya, sungguh luar biasa