Sedikitnya selama tiga dasawarsa, kebijakan yang sentralistis dan pengawalan yang ketat terhadap isu perbedaan telah menghilangkan kemampuan masyarakat untuk memikirkan, membicarakan dan memecahkan persoalan yang muncul dari perbedaan secara terbuka, rasional dan damai kekerasan antar kelompok yang meledak secara sporadis di akhir tahun 1990-an di berbagai kawasan di Indonesia menunjukkan betapa rentannya rasa kebersamaan yang dibangun dalam Negara-Bangsa, betapa kentalnya prasangka antara kelompok dan betapa rendahnya saling pengertian antar kelompok. Konteks global setelah tragedi September 11 dan invasi Amerika Serikat ke Irak serta hiruk pikuk politis identitas di dalam era reformasi menambah kompleknya persoalan keragaman dan antar kelompok di Indonesia dan Sejarah menunjukkan, pemaknaan secara negatif atas keragaman telah melahirkan penderitaan panjang umat manusia pada saat ini, paling tidak telah terjadi 35 pertikaian besar antar etnis di dunia. Lebih dari 38 juta jiwa terusir dari tempat yang mereka diami, paling sedikit 7 juta orang terbunuh dalam konflik etnis berdarah. Pertikaian seperti ini terjadi dari Barat sampai Timur, dari Utara hingga Selatan. Dunia menyaksikan darah mengalir dari Yugoslavia, Cekoslakia, Zaire hingga Rwanda, dari bekas Uni Soviet sampai Sudan, dari Srilangka, India hingga Indonesia. Konflik panjang tersebut melibatkan sentimen etnis, ras, golongan dan juga agama karena itu merupakan kenyataan yang tak bisa ditolak bahwa negara-bangsa Indonesia terdiri dari berbagai kelompok etnis, budaya, agama dan lain-lain sehingga negara-bangsa Indonesia secara sederhana dapat disebut sebagai masyarakat "multikultural" tetapi pada pihak lain, realitas "multikultural" tersebut berhadapan dengan kebutuhan mendesak untuk merekonstruksi kembali "kebudayaan nasional Indonesia" yang dapat menjadi "integrating force" yang mengikat seluruh keragaman etnis dan budaya tersebut karena perbedaan budaya merupakan sebuah konduksi dalam hubungan interpersonal sebagai contoh ada yang orang yang bila diajak bicara (pendengar) dalam mengungkapkan perhatiannya cukup dengan mengangguk-anggukan kepala sambil berkata "uh. huh" namun dalam kelompok lain untuk menyatakan persetujuan cukup dengan mengedipkan kedua matanya dalam beberapa budaya, individu-individu yang berstatus tinggi biasanya yang memprakarsai, sementara individu yang statusnya rendah hanya menerima saja sementra dalam budaya lain justru sebaliknya sebab beberapa psikolog menyatakan bahwa budaya menunjukkan tingkat intelegensi masyarakat. Sebagai contoh, gerakan lemah gemulai merupakan ciri utama masyarakat bali Oleh karena kemampuannya untuk menguasai hal itu merupakan ciri dari tingkat intelligensinya sementara manipulasi dan rekayasa kata dan angka menjadi penting dalam masyarakat barat oleh karenanya "keahlian" yang dimiliki seseorang itu menunjukkan kepada kemampuan intelligensinya.
Conclusion / opinion
I think the conflict is common in an individual, group, or organization. Because eachperson or group has a different opinion. Therefore, the conflict must be faced with a cool head in the conflict used to be a problem in an individual, group, or organization.
As examples of the American invasion ofIraq caused by the prolonged conflict and did not find the middle point or a way out so that it raises the battle between the two countries.
And if between the two countries meet each other and talk about it with a head cold warbetweenIraq and America will never happen.
although it is difficult to solve conflicts in a state of calm as a head cold or emotion in every human being is different levels.
Therefore we should be biased to be more mature and learn to accept the opinions of others and set aside our own ego, so konfilk easily resolved and does not become aproblem in inter-individual, group or organization.
As examples of the American invasion of
And if between the two countries meet each other and talk about it with a head cold warbetween
although it is difficult to solve conflicts in a state of calm as a head cold or emotion in every human being is different levels.
Therefore we should be biased to be more mature and learn to accept the opinions of others and set aside our own ego, so konfilk easily resolved and does not become aproblem in inter-individual, group or organization.
And conflicts easily found everywhere because the conflict is usually a source of trouble in some way in this life.
no denying that the conflict was a divisive one group or individual.
Because of that we should really could solve the problem in a conflict in society, group,organization, or inter-state conflict.
so that no more divisions in the group, individual, and in the organization
no denying that the conflict was a divisive one group or individual.
Because of that we should really could solve the problem in a conflict in society, group,organization, or inter-state conflict.
so that no more divisions in the group, individual, and in the organization
.